Thursday, August 23, 2007

Mengapa Matematika?


Matematika, sedikit menggelitik saya. Mengapa 3 pelajaran dapat menentukan kelulusan seseorang, dan mengapa matematika merupakan salah satu diantara ketiganya? Merujuk pandangan Chomsky akan adanya Language Acquisition Device dalam diri tiap individu yang menyebabkan seorang anak dapat menerima bahasa apa saja yang disampaikan padanya, anak di mana pun memakai strategi yang sama dalam memperoleh bahasa ibunya, dan makhluk selain manusia tidak dapat memperoleh bahasa, mungkin pemilihan bahasa menjadi masuk akal. Lalu bagaimana dengan matematika?

Senada dengan bahasa yang digunakan manusia sebagai medium untuk menyampaikan apa yang ada dalam pikiran, matematika pun merupakan komunikasi untuk menjelaskan semesta. Hanya saja, matematika lebih mirip seperti puisi yang hanya membutuhkan sedikit notasi untuk menjelaskan fenomena fisik. Tak ayal, penikmat matematika menjadi terbatas. Sama halnya ketika seorang yang tidak bisa berbahasa Jerman, tiba-tiba dihadapkan pada sebuah teks Jerman. Ia tahu yang dihadapinya adalah abjad latin yang disusun berdasarkan struktur bahasa Jerman, namun ia tidak mampu memperoleh pemahaman apapun dari teks tersebut.

Pengaruh kebiasaan seseorang terhadap pemahaman matematika diungkapkan oleh Reuben Hersh. Ia memandang matematika bukan sebagai kegiatan fisik ataupun mental, melainkan sosial. Matematika merupakan bagian dari budaya dan sejarah. Matematika serupa dengan hukum, agama, uang, dan lain-lain yang nyata, namun sekaligus hanya sebagai bagian dari kesadaran manusia secara kolektif. Posisi matematika sebagai bagian dari kesadaran manusia secara kolektif ini bisa dilihat dari perjalanan sejarahnya.

Bermula dari peralihan dari mencari makan dengan memburu menjadi bercocok tanam, para petani menghadapi masalah pencatatan hari dan musim, serta pengetahuan tentang banyaknya makanan dan benih yang harus disimpan. Masalah inilah yang melahirkan angka dan menjadi cikal bakal matematika. Selanjutnya, perkembangan matematika sangat dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat.

Karena itu keberadaan matematika dalam Ujian Nasional tak bisa dilihat hanya dari kurikulum, tapi tujuan dari pembelajaran matematika itu sendiri, dan terutama oleh kebutuhan. Jika pada tingkat selanjutnya dibutuhkan kemampuan matematika pada tingkat tertentu, maka keberadaan matematika menjadi hal lumrah, tapi jika tidak, maka parameter tersebut patut dipertanyakan kembali.

Popularity: 55%

0 comments:

SELAMAT DATANG DI BLOGKU.UNTAIAN KATA-KATA YANG TERPANCAR DI DALAM JIWA.SEMOGA BERMANFAAT BAGI YANG MEMBACA.