Thursday, August 23, 2007

Dari Garis ke Angka


Bagaimana pengalaman pertama Anda mengenal angka? Lidi, buah, kelereng? Jika ya, pengalaman Anda tak jauh berbeda dari bangsa Mesir dan Maya kuno yang menotasikan satu, dua, tiga, … yang kita kenal sekarang dengan garis, seperti yang tampak pada angka-angka Mesir di bawah.

Bangsa Maya, melakukan hal serupa, namun hanya hingga empat, lambang bilangan lima dinotasikan dengan sebuah garis horizontal. Begitupula angka Romawi yang masih sering digunakan hingga saat ini, yaitu penggunaan garis vertikal hingga tiga, I, II, III yang kemudian dilanjutkan dengan kombinasi dari berbagai huruf-huruf yang telah dikenal. Kelemahan dari sistem Romawi ini menurut saya adalah kerumitannya, karena tiap kali sampai pada bilangan besar tertentu, muncul sebuah huruf baru yang harus dihapal, seperti 5(V), 10(X), …(M), dan seterusnya. Hal ini tidak berlaku jika kita menggunakan sistem desimal yang disusun dari 10 huruf dasar, 1,2,3,4,5,6,7,8,9,0.

Ditilik dari sejarahnya, angka tak serta merta muncul menggunakan bilangan-bilangan besar. Beberapa suku bangsa kuno, menggunakan dasar 2 untuk perhitungan: 1, 2, 2-1, 2-2, 2-2-1 dan seterusnya. Bangsa yang lain menggunakan dasar 3: 1, 2, 3, 3-1, 3-2,3-3, 3-3-1, dan seterusnya. Penggunaan dasar ini kemudian berkembang seiring kebutuhan manusia menggunakan bilangan-bilangan besar, seprti dalam pertanian dan pembangun. Perluasan bilangan dasar menjadi 20 dilakukan merujuk pada jumlah tangan dan kaki manusia, sebagai alat bantu paling sederhana yang ada di tubuh manusia. Sistem bilangan dasar 20 ini masih tercermin dalam kata-kata Perancis untuk 80 dan 90, yaitu ”quatrevingt”(empat duapuluh) dan ”quatre-vingt-dix”(empat duapuluh sepuluh).

0 comments:

SELAMAT DATANG DI BLOGKU.UNTAIAN KATA-KATA YANG TERPANCAR DI DALAM JIWA.SEMOGA BERMANFAAT BAGI YANG MEMBACA.